Sabtu, 01 Oktober 2016

MAKALAH
NEONATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH DAN PENATALAKSANAANNYA


DISUSUN OLEH:
 Mita Oktavia

Dosen Pembimbing : Rafika Fadhilah, SST

AKADEMI KEBIDANAN RIZKY PATYA
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana dan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen mata kuliah ‘’ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA’’, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk membahas dan mencari informasi tentang ‘’ Neonatus Dan Bayi Dengan Masalah Dan Penatalaksanaannya’’.Terimakasih untuk Dosen dan teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada kata - kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.




                                                                        Palembang. Oktober 2016



                                                                        Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu tujuan dari asuhan kebidanan pada neonatal, bayi dan balita.  Dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang terjadi, contohnya ialah lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan penyakit tertentu, dan balita yang terserang penyakit.  Maka dari itu penting bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk mengetahui dan terampil dalam mengenali gejala suatu penyakit serta cara menanganinya. Makalah ini akan membahas tentang beberapa penyakit yang dapat menyerang bayi antara lain ialah : sebhorrea, milliariasis, diare, obstipasi , infeksi, syndrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome-sids), muntah dan gumoh,gumoh/regurgitasi serta penatalaksanaanya.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja masalah kesehatan yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita?
2. Apa yang menyebabkan masalah-masalah kesehatan tersebut muncul?
3. Bagaimana mengenali setiap masalah kesehatan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita?
4. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi jika masalah kesehatan tersebut tidak ditangani dengan tepat dan segera?
5. Bagaimana penanganan setiap masalah kesehatan yang terjadi?
6. Apa saja yang harus bidan persiapkan jika masalah kesehatan tersebut tidak dapat ditangani sendiri dan harus dirujuk?
7.Tindakan preventif apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah-masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita?
1.3  Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:

  1.  Mengetahui apa saja masalah kesehatan yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita
  2.  Mengetahui penyebab masalah-masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan   balita
  3. Mengetahui tanda dan gejala setiap masalah kesehatan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita
  4. Mengetahui komplikasi apa saja yang dapat terjadi jika masalah kesehatan tersebut tidak ditangani dengan tepat dan segera
  5. Mengetahui penanganan setiap masalah kesehatan yang terjadi
  6. Mengetahui apa saja yang harus bidan persiapkan jika masalah kesehatan tersebut tidak dapat ditangani sendiri dan harus dirujuk
  7. Mengetahui tindakan preventif  yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah-masalah kesehatan      pada neonatus, bayi dan balita
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan studi pustaka dan searching website.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seborrhea
2.1.1 Definisi
Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya, biasanya didaerah kulit kepala, alis, kelopak mata,naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilicus, selangkangan dan glutea.
2.1.2   Etiologi
Penyebab sebhorrea masih belum diketahui secara pasti, tetapi sejenis jamur yaitu Pitysporum ovale mungkin merupakan factor kausatif. Jamur ini termasuk dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak, oleh karena itu sering ditemukan didaerah kulit yang  kaya akan sebum seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala.  ada beberapa ahli yang menyatakan beberapa faktor penyebab sebhorrea, yaitu sebagai berikut.
1.      Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya factor keturunan dari orang tua
2.      Makanan yang tinggi lemak dan kalori
3.      Asupan minuman beralkohol
4.      Adanya gangguan emosi
5.      Lingkungan sekitar
                                 Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan seborrhea: Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan, Infeksi Pitysporum ovale, Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus, Hipersensitif terhadap Bakteri ataupun antigen epidermal. Jamur ini merupakan flora normal kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka akan bermanifestasi sebagai dermatitis seboroik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbaikan setelah pemberian antifungi seperti Ketokonazol baik topical maupun sistemik.
            2.1.3   Penatalaksanaan
         Seborrhea pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol, bukan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal. Walaupun secara kausal masih belum diketahui, tetapi penyembuhannya bisa dilakukan dengan obat-obat topical, seperti sampo yang tidak berbusa (keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali per minggu) dan krim selenium sulfide/Hg-presipitatus albus 2%.
2.2 Bisul Pada Bayi
2.2.1 Definisi
         Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan permukaan kulit disebut pustual. Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah didalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam, dan biasanya mula-mula terjadi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan sembuh lebih cepat bila dibuka, tetapi jika tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk, tentu tidak ada gunanya. Jangan memijit bisul karena akan mempercepat penyebaran infeksi.
2.2.2 Penyebab
         Timbulnya bisul harus diketahui dulu penyebabnya. Beberapa teori menyebutkan bahwa pencetus dari alergi dapat disebabkan oleh zat yang disebut alergen yang biasanya terdapat dalam makanan tertentu antara lain telur, susu, udang, dan makanan lainnya. Makanan tidak menyebabkan bisul tetapi akibat dari reaksi antibodi tubuh tubuh terhadap makanan yang mengandung allergen. Manifestasi dari hasil reaksi didalam tubuh tersebut dapat menimbulkan gatal-gatal dipermukaan kulit yang bentuknya dapat bintik-bintik atau bentol-bentol. Bila digaruk akan menyebabkan infeksi apabila hygiene tidak baik bakteri akan masuk kedalam tubuh dan menjadi bisul.
2.2.3 Penatalaksanaan
         Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna mengetahui apakah nanahnya dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat mempercepat keluar nanah celupkan sepotong kain kedalam air panas lalu diletakkan diatas bisul. Jika sudah dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air panas, lakukan ini beberapa kali, tetapi harus hati-hati, jangan terlalu panas agar kulit anak sampai terbakar. Bisul tidak boleh dipijat, sebab hal itu dapat membantu menjalarnya kuman-kuman menembus jaringan disekitarnya, jika disekitarnya terdapat selulitis yang meluas maka diberi penicillin.
2.3 Milliariasis
2.3.1 Definisi
         Milliariasis, disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet. Milliariasis ialah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat, yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Biasanya timbul biar udara panas dan lembab.
2.3.2 Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri.
2.3.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.
2.3.4 Tipe Milliariasis
Tipe milliariasis yaitu milliaria kristalina dan milliaria rubra.
1.      Milliaria kristalina.
              Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti pasien demam yang terbaring di tempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superficial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. umumnya, lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2.      Milliaria rubra
      Milliaria rubra memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya. Keringat menembus ke dalam epidermis. Biasanya, disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
2.3.5 Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami.   Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut.

  1. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan   menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
  2. Jaga kebersihan tubuh bayi.
  3. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal di ruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
  4. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
  5. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
  6. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
2.4  Diare
2.4.1  Definisi
        Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak diindonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk setahunnya.
        Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
2.4.2     Penyebab
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu faktpr infeksi, infeksi bakteri, infeksi virus, factor malabsorbsi, malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intolerensi laktrosi, malabsorbsi protein, faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
2.4.3 Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1.   Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.  Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.
2.4.4 Patogenesis Diare Akut
1.  Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2.  Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3.  Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4.  Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.4.5 Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
1.   Cengeng, rewel
2.    Gelisah
3.   Suhu meningkat
4.   Nafsu makan menurun
5.   Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.  Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam
6.   Anus lecet
2.4.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1.   Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c.  Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.4.7 Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
4. Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
2.5 Obstipasi
2.5.1 Definisi
       Obstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konsistensi keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasanya.
Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi.  Hal ini masih dikatakan normal
2.5.2 Tanda dan Gejala
1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2. Sakit dan kejang pada perut
3. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot, feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum
4.   Bising usus yang janggal
5.   Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala
6.   Terdapat luka pada anus
2.5.3 Penatalaksanaan
           1. Mencari penyebab obstipasi
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis
3. Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.  Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif.
2.6 Infeksi
2.6.1 Definisi
Infeksi pada bayi baru lahir ada yang khusus dan ada yang umum, contoh infeksi yang khusus yakni Kandidiasis (moniliasis).
2.6.2 Epidemiologi
                          Moniliasis tersebar luas di seluruh dunia, dalam beberapa alat tubuh manusia seperti mulut, usus, paru dan vagina. Candida Albicans dapat hidup sebagai saprofit. Beberapa factor seperti prematuritas, pemakaian antibiotika dan atau kartikosteroid dalam jangka waktu yang lama atau dosis tinggi, gangguan gizi dan diabetes mellitus dapat menjadi sebab perubahan hidup Candida Albicans dari Saprofit menjadi parasit. Infeksi jamur ini dapat mengenai semua golongan umur, tetapi mungkin lebih sering terjadi pada masa neonates dan early infancy.
2.6.3 Gejala Klinis
                   Pada bayi yang mengalami Moniliasis, dapat terjadi bronchitis, infeksi kulit dan sistematis. Gejala tersering adalah diare, oral trush, Onikia, paronikia, dermatitis terutama didaerah aksila, dibawah payudara dan pada lipatan intergluteal. Gejala infeksi sistemis jarang, tetapi bila terjadi dapat fatal.
2.6.4 Diagnosis
         Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan yeast (ragi) dan miselium (pseudohifa)
2.6.5 Pengobatan
               Pada seorang bayi yang mengalami Kandidiasis, boleh diberikan gentian violet, Nistatin (Mycostatin).
2.7  Syndrom Bayi Meninggal Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome
      Sids)
2.7.1 Definisi
Sebuah gen yang membantu mempertahankan otak bisa bekerja dengan baik mungkin berperan penting untuk mengerti mengapa kematian mendadak pada bayi itu terjadi. Sindrom kematian mati mendadak (sudden infant death syndrome-SIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.  SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.
2.7.2 Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahlu telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab SIDS yaitu sebagai berikut:
1.   Ibu yang masih remaja
2.   Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3.   Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4.   Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5.   Bayi premature
6.   Gemelli (bayi kembar)
7.   Bayi dengan sibling
2.7.3     Penatalaksanaan
1. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
2.Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa dukanya
3.Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan pertanyaan
4.Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar
5. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut
6.Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar