MAKALAH
NEONATUS
DAN BAYI DENGAN MASALAH DAN PENATALAKSANAANNYA
DISUSUN OLEH:
Mita Oktavia
Mita Oktavia
Dosen Pembimbing : Rafika Fadhilah, SST
AKADEMI KEBIDANAN RIZKY PATYA
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
sederhana dan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
melengkapi tugas yang diberikan dosen mata kuliah ‘’ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA’’,
selain itu makalah ini juga bertujuan untuk membahas dan mencari informasi
tentang ‘’ Neonatus Dan Bayi Dengan
Masalah Dan Penatalaksanaannya’’.Terimakasih untuk Dosen dan teman-teman
seperjuangan yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
memohon maaf jika ada kata - kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Palembang. Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurunkan angka kematian bayi merupakan
salah satu tujuan dari asuhan kebidanan pada neonatal, bayi dan balita.
Dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang terjadi, contohnya ialah
lahirnya bayi dengan masalah, bayi dengan penyakit tertentu, dan balita yang
terserang penyakit. Maka dari itu penting bagi tenaga kesehatan,
khususnya bidan untuk mengetahui dan terampil dalam mengenali gejala suatu
penyakit serta cara menanganinya. Makalah ini akan membahas tentang beberapa
penyakit yang dapat menyerang bayi antara lain ialah : sebhorrea,
milliariasis, diare, obstipasi , infeksi, syndrom kematian bayi mendadak
(sudden infant death syndrome-sids), muntah dan
gumoh,gumoh/regurgitasi serta penatalaksanaanya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja masalah
kesehatan yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita?
2. Apa yang menyebabkan
masalah-masalah kesehatan tersebut muncul?
3. Bagaimana mengenali
setiap masalah kesehatan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita?
4. Komplikasi apa saja
yang dapat terjadi jika masalah kesehatan tersebut tidak ditangani dengan tepat
dan segera?
5. Bagaimana penanganan
setiap masalah kesehatan yang terjadi?
6. Apa
saja yang harus bidan persiapkan jika masalah kesehatan tersebut tidak dapat
ditangani sendiri dan harus dirujuk?
7.Tindakan
preventif apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah-masalah kesehatan
pada neonatus, bayi dan balita?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui apa saja masalah kesehatan yang dapat terjadi pada neonatus, bayi dan balita
- Mengetahui penyebab masalah-masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita
- Mengetahui tanda dan gejala setiap masalah kesehatan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita
- Mengetahui komplikasi apa saja yang dapat terjadi jika masalah kesehatan tersebut tidak ditangani dengan tepat dan segera
- Mengetahui penanganan setiap masalah kesehatan yang terjadi
- Mengetahui apa saja yang harus bidan persiapkan jika masalah kesehatan tersebut tidak dapat ditangani sendiri dan harus dirujuk
- Mengetahui tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah-masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita
1.4
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah dengan studi pustaka dan searching website.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Seborrhea
2.1.1 Definisi
Sebhorrea adalah radang
berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak
kelenjar sebaseanya, biasanya didaerah kulit
kepala, alis, kelopak mata,naso labial, bibir, telinga, dada, axilla,
umbilicus, selangkangan dan glutea.
2.1.2 Etiologi
Penyebab sebhorrea masih belum diketahui
secara pasti, tetapi sejenis jamur
yaitu Pitysporum ovale mungkin merupakan factor kausatif. Jamur ini termasuk
dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak, oleh
karena itu sering ditemukan didaerah kulit yang
kaya akan sebum seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala. ada beberapa ahli yang menyatakan beberapa
faktor penyebab sebhorrea, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor
hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya factor keturunan dari orang tua
2. Makanan yang tinggi
lemak dan kalori
3. Asupan
minuman beralkohol
4. Adanya
gangguan emosi
5. Lingkungan sekitar
Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan
seborrhea: Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan, Infeksi Pitysporum ovale,
Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus, Hipersensitif terhadap Bakteri
ataupun antigen epidermal. Jamur ini merupakan flora normal kulit, bila
jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka akan
bermanifestasi sebagai dermatitis seboroik. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya perbaikan setelah pemberian antifungi seperti Ketokonazol baik topical
maupun sistemik.
2.1.3 Penatalaksanaan
Seborrhea pada anak biasanya sembuh sendiri secara
spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan usia
pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol, bukan krusta,
menghambat kolonisasi jamur, mengontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema
dan gatal. Walaupun secara kausal masih belum diketahui, tetapi penyembuhannya
bisa dilakukan dengan obat-obat topical, seperti sampo yang tidak berbusa
(keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali per minggu) dan krim selenium
sulfide/Hg-presipitatus albus 2%.
2.2 Bisul Pada Bayi
2.2.1 Definisi
Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali dengan
permukaan kulit disebut pustual. Kulit diatasnya sangat tipis, hingga nanah
didalamnya dengan mudah dapat mengalir keluar. Bisul tempatnya lebih dalam, dan
biasanya mula-mula terjadi ditempat tumbuhnya rambut. Bisul akan sembuh lebih
cepat bila dibuka, tetapi jika tindakan ini dilakukan sebelum nanah terbentuk,
tentu tidak ada gunanya. Jangan memijit bisul karena akan mempercepat
penyebaran infeksi.
2.2.2 Penyebab
Timbulnya bisul harus diketahui dulu penyebabnya. Beberapa
teori menyebutkan bahwa pencetus dari alergi dapat disebabkan oleh zat yang
disebut alergen yang biasanya terdapat dalam makanan tertentu antara lain
telur, susu, udang, dan makanan lainnya. Makanan tidak menyebabkan bisul tetapi
akibat dari reaksi antibodi tubuh tubuh terhadap makanan yang mengandung allergen.
Manifestasi dari hasil reaksi didalam tubuh tersebut dapat menimbulkan
gatal-gatal dipermukaan kulit yang bentuknya dapat bintik-bintik atau
bentol-bentol. Bila digaruk akan menyebabkan infeksi apabila hygiene tidak baik
bakteri akan masuk kedalam tubuh dan menjadi bisul.
2.2.3 Penatalaksanaan
Dalam beberapa hari cobalah tutup dengan kain kering, guna
mengetahui apakah nanahnya dapat mengalir keluar. Kompres hangat dapat
mempercepat keluar nanah celupkan sepotong kain kedalam air panas lalu
diletakkan diatas bisul. Jika sudah dingin, celupkan lagi kain tadi kedalam air
panas, lakukan ini beberapa kali, tetapi harus hati-hati, jangan terlalu panas
agar kulit anak sampai terbakar. Bisul tidak boleh dipijat, sebab hal itu dapat
membantu menjalarnya kuman-kuman menembus jaringan disekitarnya, jika
disekitarnya terdapat selulitis yang meluas maka diberi penicillin.
2.3 Milliariasis
2.3.1 Definisi
Milliariasis, disebut juga sudamina,
liken tropikus, biang keringat, keringat buntet. Milliariasis ialah dermatosis
yang disebabkan oleh retensi keringat, yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat. Biasanya timbul biar udara panas dan lembab.
2.3.2 Etiologi
Penyebab terjadinya
milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi
bakteri.
2.3.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya
milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran keringat tertahan.
2.3.4 Tipe
Milliariasis
Tipe
milliariasis yaitu milliaria kristalina dan milliaria rubra.
1. Milliaria kristalina.
Milliaria
kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat,
seperti pasien demam yang terbaring di tempat tidur. Lesinya berupa vesikel
yang sangat superficial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran
1-2 mm. umumnya, lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena
trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang
pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan
berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2. Milliaria rubra
Milliaria
rubra memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya.
Keringat menembus ke dalam epidermis. Biasanya, disertai rasa gatal dan pedih
pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi
sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
2.3.5 Penatalaksanaan
Asuhan yang
diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada
beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan
adalah sebagai berikut.
- Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
- Jaga kebersihan tubuh bayi.
- Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal di ruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
- Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
- Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
- Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
2.4 Diare
2.4.1 Definisi
Penyakit diare hingga kini
masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak diindonesia.
Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk
setahunnya.
Hippocrates mendefinisikan
diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian ilmu
kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensinya lebih dari 3 kali.
2.4.2
Penyebab
Etiologi
diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu faktpr infeksi, infeksi
bakteri, infeksi virus, factor malabsorbsi, malabsorbsi karbohidrat, pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering ialah intolerensi laktrosi, malabsorbsi
protein, faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
2.4.3 Patogenesis
Mekanisme
dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1. Gangguan osmotik
Akibat
adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat
rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus,
sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang
pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang
masuk, sehingga akan timbul diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan
yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat
menyebabkan diare juga.
2.4.4 Patogenesis Diare Akut
1. Masuknya jasad
renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
2. Jasad renik
tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Dari jasad
renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4. Toksin
diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
2.4.5 Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan
gejala pada anak yang mengalami diare.
1. Cengeng, rewel
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
4. Nafsu makan menurun
5. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan
adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam
6. Anus lecet
2.4.6 Komplikasi
Komplikasi
yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi
menjadi:
a. Dehidrasi
ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi
sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan
cairan >10-15% BB
2.4.7 Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian
cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2. Diatetik
(pemberian makanan)
3. Obat-obatan
4. Teruskan pemberian ASI
karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
2.5 Obstipasi
2.5.1 Definisi
Obstipasi adalah kondisi dimana feses memiliki konsistensi
keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air
besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasanya.
Akan tetapi harus diingat
bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang
menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak
menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang
banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal
2.5.2 Tanda dan Gejala
1. Pada neonatus
jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak
mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2. Sakit dan kejang
pada perut
3. Pada pemeriksaan
rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot, feses
besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum
4.
Bising usus yang
janggal
5.
Merasa tidak
enak badan, anoreksia, dan sakit kepala
6.
Terdapat luka
pada anus
2.5.3 Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab obstipasi
1. Mencari penyebab obstipasi
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal
dengan mempertahankan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis
3. Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan
setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.
Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak
zaitun, dan laksatif.
2.6 Infeksi
2.6.1
Definisi
Infeksi
pada bayi baru lahir ada yang khusus dan ada yang umum, contoh infeksi yang
khusus yakni Kandidiasis (moniliasis).
2.6.2
Epidemiologi
Moniliasis tersebar luas di seluruh dunia, dalam beberapa alat
tubuh manusia seperti mulut, usus, paru dan vagina. Candida Albicans dapat
hidup sebagai saprofit. Beberapa factor seperti prematuritas, pemakaian
antibiotika dan atau kartikosteroid dalam jangka waktu yang lama atau dosis
tinggi, gangguan gizi dan diabetes mellitus dapat menjadi sebab perubahan hidup
Candida Albicans dari Saprofit menjadi parasit. Infeksi jamur ini dapat
mengenai semua golongan umur, tetapi mungkin lebih sering terjadi pada masa
neonates dan early infancy.
2.6.3 Gejala
Klinis
Pada bayi yang mengalami Moniliasis, dapat terjadi
bronchitis, infeksi kulit dan sistematis. Gejala tersering adalah diare, oral
trush, Onikia, paronikia, dermatitis terutama didaerah aksila, dibawah payudara
dan pada lipatan intergluteal. Gejala infeksi sistemis jarang, tetapi bila
terjadi dapat fatal.
2.6.4 Diagnosis
Diagnosa
dapat ditegakkan dengan menemukan yeast (ragi) dan miselium (pseudohifa)
2.6.5 Pengobatan
Pada
seorang bayi yang mengalami Kandidiasis, boleh diberikan gentian violet,
Nistatin (Mycostatin).
2.7 Syndrom
Bayi Meninggal Mendadak (Sudden
Infant Death Syndrome
Sids)
2.7.1 Definisi
Sebuah gen yang membantu
mempertahankan otak bisa bekerja dengan baik mungkin berperan penting untuk
mengerti mengapa kematian mendadak pada bayi itu terjadi. Sindrom kematian mati mendadak (sudden
infant death syndrome-SIDS) terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan
tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang
lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu
dan 1 tahun.
2.7.2 Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum
diketahui, namun beberapa ahlu telah melakuka penelitian dan mengemukakan ada
beberapa penyebab SIDS yaitu sebagai berikut:
1. Ibu
yang masih remaja
2. Bayi
dengan jarak kehamilan yang dekat
3. Bayi
laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4. Bayi
yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5. Bayi
premature
6. Gemelli
(bayi kembar)
7. Bayi
dengan sibling
2.7.3 Penatalaksanaan
1. Bantu orang tua
mengatur jadwal untuk melakukan konseling
2.Berikan dukungan dan
dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa dukanya
3.Berikan penjelasan
mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan pertanyaan
4.Beri pengertian pada
orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar
5. Beri keyakinan pada
sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut,
bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut
6.Jika kemudian ibu
melahirkan bayi kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa bulan
pertama, paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar